Indonesia mencatatkan pertumbuhan dalam transaksi ekonomi dan keuangan digital sepanjang tahun 2024, didorong oleh adopsi sistem pembayaran digital yang semakin meluas, terutama QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard) dan BI-Fast.
Hal ini diungkapkan oleh Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo dalam Hasil Rapat Dewan Gubernur Bulan Januari 2025 di Jakarta, Rabu (15/1/2025), seperti dikutip dari Bisnis.com.
Perry Warjiyo melaporkan pembayaran digital pada tahun 2024 mencapai angka fantastis, yaitu 34,5 miliar transaksi, melonjak 36,1% dibandingkan tahun sebelumnya (year-on-year/yoy).
Pertumbuhan ini tidak hanya terjadi pada satu platform, melainkan merata di seluruh komponen transaksi digital.
“Volume transaksi pada aplikasi mobile tumbuh sebesar 39,1% yoy, demikian pula volume transaksi pada internet yang tumbuh sebesar 4,4% yoy pada 2024,” ungkap Perry.
Namun, sorotan utama jatuh pada pertumbuhan eksplosif QRIS. “Volume transaksi pembayaran digital melalui QRIS tetap tumbuh pesat sebesar 175,2% yoy didukung peningkatan jumlah pengguna dan merchant,” tambah Perry.
Pertumbuhan ini sejalan dengan data yang dilansir dari aspireapp.com (22/1/2025), yang menyebutkan hingga Juni 2023, jumlah merchant yang menggunakan QRIS telah mencapai 26,7 juta, dengan total pengguna QRIS sebanyak 37 juta.
Angka ini bahkan telah mencapai 82% dari target pengguna QRIS sebanyak 45 juta pada tahun 2023.
Selain QRIS, infrastruktur pembayaran ritel BI-Fast juga menunjukkan kinerja gemilang.
“Volume transaksi ritel yang diproses melalui BI-Fast mencatat kinerja gemilang, dengan pertumbuhan 62,4% yoy mencapai 3,4 miliar transaksi senilai Rp8,9 triliun,” kata Perry.
Sementara itu, transaksi nilai besar melalui BI-RTGS juga tumbuh positif, dengan volume transaksi meningkat 3,1% yoy menjadi 10,3 juta transaksi senilai Rp126,3 ribu triliun, atau naik 17,6% yoy pada 2024.
Optimisme terhadap tren positif ini terus berlanjut. Bank Indonesia memproyeksikan pertumbuhan yang lebih tinggi lagi pada tahun 2025.
“Pembayaran digital diproyeksikan meningkat 52,3% pada 2025. Volume transaksi BI-Fast diprakirakan tumbuh 34,1% dan nilai transaksi BI-RTGS diprakirakan tumbuh 11,4% yoy,” ujar Perry.
Penggunaan QRIS untuk Kemudahan Transaksi
Di era digital yang serba cepat, QRIS tidak hanya menawarkan kemudahan, tetapi juga menjadi solusi praktis bagi pelaku bisnis dan konsumen.
QRIS memudahkan pelanggan membayar dengan memindai kode QR di lokasi bisnis atau produk, memberikan efisiensi, kecepatan, dan keamanan dalam bertransaksi.
Manfaat QRIS bagi bisnis sangat beragam. Pertama, QRIS meningkatkan kenyamanan pelanggan dengan proses pembayaran cepat dan sederhana, mengurangi antrean, dan meningkatkan pengalaman berbelanja.
Kedua, QRIS mempermudah pengelolaan keuangan bisnis karena semua transaksi tercatat secara otomatis dan terpusat, memungkinkan pemilik bisnis melacak pendapatan secara akurat dan membuat keputusan tepat berdasarkan data.
Ketiga, QRIS menawarkan tingkat keamanan tinggi, mengurangi risiko pencurian dan penipuan karena informasi transaksi terenkripsi.
Cara Mendaftar QRIS untuk Pelaku UMKM
Bagi pelaku usaha yang ingin memanfaatkan kemajuan teknologi ini, proses pendaftaran QRIS sangat mudah.
Langkah-langkahnya, seperti dilansir dari bi.go.id (22/1/2025), sebagai berikut:
- Pilih Penyedia Jasa Pembayaran (PJP) Berizin: Pilih PJP yang sudah berizin dari Bank Indonesia. Informasi mengenai PJP berizin dapat ditemukan di situs web Bank Indonesia.
- Kunjungi PJP: Kunjungi kantor PJP atau daftar secara online melalui situs web PJP yang dipilih.
- Verifikasi dan Pembuatan Merchant ID: Setelah mengajukan pendaftaran dan dokumen terverifikasi, PJP akan membuatkan Merchant ID dan kode QRIS khusus untuk usaha Anda.
- QRIS Siap Digunakan: Setelah proses pendaftaran selesai, QRIS Merchant siap digunakan dan dapat ditampilkan di tempat pembayaran.
Perlu diingat bahwa biaya dan persyaratan pendaftaran dapat bervariasi tergantung pada PJP yang dipilih.
Pertumbuhan pesat transaksi digital ini juga diiringi dengan stabilitas sistem pembayaran yang tetap terjaga. Perry Warjiyo menegaskan stabilitas ini ditopang oleh struktur industri yang sehat dan infrastruktur yang stabil.
“Dari sisi infrastruktur, stabilitas sistem pembayaran tecermin pada penyelenggaraan Sistem Pembayaran Bank Indonesia (SPBI) yang lancar dan andal serta kecukupan pasokan uang dalam jumlah dan kualitas yang memadai pada Desember 2024,” jelas Perry.
Selain itu, interkoneksi antar pelaku dalam sistem pembayaran terus menguat, didukung oleh ekosistem Ekonomi Keuangan Digital (EKD) yang semakin luas.
Transaksi pembayaran berbasis Standar Nasional Open API Pembayaran (SNAP) juga meningkat sejalan dengan perluasan tingkat adopsi.
“Bank Indonesia terus menjaga ketersediaan uang Rupiah dalam jumlah yang cukup dengan kualitas yang layak edar di seluruh wilayah NKRI, termasuk daerah 3T [Terdepan, Terluar, Terpencil],” tegas Perry.