Penggunaan Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) sebagai metode pembayaran digital di Kalimantan Timur (Kaltim) mengalami lonjakan signifikan sepanjang tahun 2024 kemarin.
Hal ini mencerminkan semakin luasnya adopsi pembayaran nontunai di Kalimantan, yang didorong oleh kepercayaan masyarakat, sosialisasi aktif, dan pertumbuhan ekonomi positif.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Kaltim, Budi Widihartanto, mengungkapkan total transaksi QRIS di Kaltim sepanjang 2024 mencapai Rp 5,8 triliun. Angka ini melonjak drastis dibandingkan tahun 2023 yang hanya mencapai Rp 3,2 triliun.
Pertumbuhan ini juga didukung oleh peningkatan jumlah pengguna dan merchant QRIS. Sepanjang 2024, tercatat 70 juta transaksi dilakukan oleh 794.555 pengguna di 595.668 merchant.
Angka ini meningkat dari tahun 2023 yang mencatat 20,1 juta transaksi, 725.877 pengguna, dan 478.415 merchant.
Menariknya, Kabupaten Mahakam Ulu (Mahulu) mencatatkan persentase kenaikan tertinggi transaksi QRIS di Kalimantan Timur, yaitu mencapai 589 persen.
Meskipun secara nominal transaksi QRIS di Mahulu paling kecil (Rp 14,8 miliar) karena jumlah penduduknya yang sedikit (39.319 jiwa), lonjakan persentase ini menunjukkan adopsi QRIS yang semakin masif di daerah perbatasan dengan Malaysia Timur tersebut.
“Transaksi dengan QRIS di Mahulu pada 2023 senilai Rp 2,51 miliar, naik 589 persen menjadi Rp 14,8 miliar pada 2024,” jelas Budi, Minggu (02/03/2025), seperti dikutip dari Antara.com.
Selain Mahulu, kota-kota lain di wilayah kerja BI Kaltim juga mencatatkan pertumbuhan signifikan.
Samarinda mencatatkan kenaikan transaksi QRIS sebesar 326 persen menjadi Rp 3,8 triliun. Bontang naik 256 persen menjadi Rp 574 miliar, Kutai Kartanegara naik 326 persen menjadi Rp 424 miliar.
Berau naik 207 persen menjadi Rp 381 miliar, Kutai Barat naik 301 persen menjadi Rp 144 miliar, dan Kutai Timur naik 315 persen menjadi Rp 508 miliar.
Faktor Pendorong: Sosialisasi, Kerja Sama, dan Pertumbuhan Ekonomi
Peningkatan adopsi QRIS di Kaltim didorong oleh berbagai faktor.
BI Kaltim aktif melakukan sosialisasi di sekolah-sekolah, pasar, dan berbagai festival, termasuk Summer Fest Kaltim. Selain itu, kerja sama dengan pemerintah daerah turut memperluas cakupan pembayaran digital.
Pertumbuhan ekonomi Kaltim yang positif juga menjadi salah satu faktor. Pada 2024, ekonomi Kaltim tumbuh 6,17 persen, dengan sektor administrasi pemerintahan, pertahanan, dan jaminan sosial wajib mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 16,46 persen.
BI Kaltim menargetkan peningkatan penggunaan QRIS pada tahun 2025.
Target peningkatan volume transaksi adalah 8 juta transaksi, sehingga total menjadi 78 juta transaksi. Selain itu, ditargetkan peningkatan pengguna sebanyak 36.743 dan peningkatan merchant sebanyak 38.522.
Direktur Eksekutif Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia (ASPI), Djamin Edison Nainggolan, mengungkapkan nilai transaksi QRIS secara nasional tumbuh lebih dari Rp 10 triliun setiap bulan sepanjang 2024.
“Ini menunjukkan bahwa QRIS bukan hanya fungsinya untuk transaksi pembayaran tetapi inklusivitas,” ujar Djamin dalam sebuah acara di Jakarta, Rabu (12/02/2025).
Bank Indonesia (BI) mencatat nilai transaksi QRIS telah mencapai Rp 188,36 triliun per Oktober 2024. Djamin menambahkan bahwa QRIS adalah game changer, dengan 50 persen penggunanya berasal dari Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).
Transaksi QRIS Januari 2025 Capai Rp80,88 Triliun
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia Ramdan Denny Prakoso mengatakan nominal transaksi layanan Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) mencapai Rp80,88 triliun sepanjang Januari 2025.
Selain itu, ia mengatakan bahwa volume transaksi QRIS pada bulan lalu tercatat sebesar 790,79 juta transaksi dengan jumlah merchant sebanyak 36,57 juta merchant.
Gubernur BI Perry Warjiyo menyampaikan bahwa volume transaksi melalui QRIS sepanjang Januari 2025 meningkat 170,1 persen year on year (yoy).